Minggu, 01 Desember 2013

Oleh-oleh dari Kota Pahlawan


Oleh-oleh dari Kota Pahlawan


Gambar 1. patung ikan Sura dan Buaya
      Berburu piala, itulah petualangan yang menyenangkan bagiku. Petualangan ini bukan yang pertama tetapi selalu ada cerita yang berbeda disetiap tempat yang aku kunjungi, selalu ada yang spesial dari setiap perjalanan. Aku masih ingat ketika bercanda dengan teman di kampus, aku bilang, “Belum pernah nih berkunjung ke Airlangga, semoga ada kesempatan”.  Akhirnya kesempatan untuk menjelajahi Surabaya pun ada, FIK UNAIR mengadakan lomba KTI dalam rangka dies ke 14nya dan aku menjadi salah satu finalisnya.
  

        Berangkat ke Surabaya naik kereta Sri Tanjung dengan tiket seharga Rp 90.000,00 dari stasiun lempuyangan jam 7.29. (harga tiket ini dibeli pada tanggal 13 Juni 2013). Kalo sekarang harga tiketnya Rp 50.000,00 (tanggal 30 November 2013). Sekitar pukul 13.00 kereta sampai di stasiun Gubeng Baru. Aku tidak sendiri, ada Mbak Nila, dan 3 adik kelasku. Kami kemudian dijemput oleh panitia. Dari stasiun menuju ke penginapan terlihat deretan bangungan megah dan tinggi di kiri-kanan jalan dengan arsitektur bangungan khas kota metropolitan. 
Gambar 2. Lambang Universitas Airlangga
             Mengawali petualangan dengan berkunjung ke Universitas Airlangga, tepatnya ke Fakultas Keperawatannya. UNAIR memilki 3 wilayah kampus yaitu kampus A, kampus B, dan kapus C. Kampus Keperawatan Universitas Airlangga ada di kampus C bersama dengan rumah sakit akademik, kantor pusat, dan tentunya danau unair beserta patung Airlangga yang megah.

           Usai menjalankan rutinitas perlombaan yaitu presentasi KTI, kami diajak berkeliling melewati patung Bung Tomo(pahlawan Indonesia yang menyerukan merdeka atau mati), melewati gerbang masuk Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan melewati beberapa mal besar di Surabaya. Pusat perbelanjaan di Surabaya sudah seperti perguruan tinggi kalo di Yogyakarta, setiap tempat ada. Kami kemudian diajak makan ke sebuah tempat makan yang menjual berbagai macam penyetan, masakan padang, rawon, dan beberapa sayur. Tempat makan ini adalah tempat makan yang sering dikunjungi mahasiswa Airlangga. Bisa diduga sambel penyetan di sana puedesse puol (istilah jawa timur untuk menyatakan bahwa sangat pedas). 

Gambar 3. Lontong Balap
Tidak jauh beda dengan UGM, Minggu pagi di Airlangga rame dengan orang-orang yang berolahraga dan ada yang jualan. Kebanyakan penjual menjual makanan dan penjual disana tidak sebanyak yang ada di Sunmor. Minggu pagi di Surabaya, aku sarapan lontong balap. Menurut cerita ini merupakan makanan khas Surabaya. Lontong balap terdiri dari potongan lontong, tauge rebus, sambel petis, tepung dan tumbar yang digoreng kering kemudian disiram dengan kuah bening seperti kuah sop dan ditaburi bawang merah goreng. Pertama kali melihat makanan ini mungkin orang akan bertanya-tanya bagaimana rasanya sambel petis yang bercampur dengan kuah sop.  Dari indra pencecapku, makanan ini seperti tahu kupat atau tahu guling dengan tambahan terasi tanpa siraman kecap. Sayangnya makanan lontong balap sedikit kurang pas untuk aku yang tidak suka dengan petis dan rasa pedas. Tetapi bagi mereka yang suka sambel petis, dan rasa pedas, ini adalah makanan yang nikmat untuk dicoba ketika berkunjung ke  Harga lontong balap pun tidak terlalu mahal dengan uang kurang dari 10.000, lezatnya lontong balap dan es jeruk bisa dinikmati. Pelanggang lontong balap minggu pagi yang mangkal di gerbang universitas Airlangga ini cukup banyak, bahkan ada pelanggang dari luar kota yang memang sering membelinya ketika berkunjung ke Surabaya.

     Setiap perjalanan untuk mendapatkan piala tentu harus ada cerita tetang siapa pemenangnya, ditengah acara seminar, pemenang KTI kemudian di umumkan. Sungguh hal yang luar biasa, mbak Nila dan aku menjadi salah satu pemenangnya. Piala dari kota Pahlawan mejadi piala pertama yang aku dapatkan dengan usaha penuh dari ide awal, proses penyusunan hingga tanya jawab pada sesi presentasi. Usai seminar dan penyerahan hadiah, kami diajak main di danau universitas dan patung Airlangga. Naluri narsis dari peserta-peserta lomba pun akhirnya muncul, kami berfoto-foto dengan berbagai gaya layaknya model kelas dunia.   
Gambar 4. Foto Peserta Kegiatan

              Pada Akhirnya, Kota Pahlawan menjadi kota yang banyak memberikanku oleh-oleh ilmu dan pengalaman berharga. Kalo dahulu ke Surabaya hanya sempat melihat dari balik kaca kendaraan dan makan soto di terminal Bungur Asih. Setidaknya sekarang Aku pernah pula merasakan panasnya udara kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia tersebut di beberapa tempat. Jalan Tunjungan yang melegenda melalui lagu pernah juga kulewati dengan jalan kaki.     

0 komentar :

Posting Komentar